Thursday 3 April 2014

Pengertian Manajemen dan Filsafat Manajemen

BAB II
Konsep Dasar Manajemen

A.    Pengertian Manajemen
Pada definisi manajemen kita akan membahas berbagai definisi menurut beberapa sumber kuat. Dalam pengambilan ini penulis akan mencoba menerangkan definisi melalui para tokoh dan referensi berupa istilah kata. Jika kita tinjau dari segi sumber bahasa, kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno yaitu “Mѐnagement” yang artinya seni, melaksanakan dan mengatur.[1]
Manajemen sebagai seni, berati dalam manajemen terdapat seni atau keindahan di dalamnya. Kita misalkan dalam manajemen kampus IAIN-SU Medan akan kita dapatkan struktur-struktur yang tersusun rapi mulai dari Rektor dan Pembantu Rektor, Biro Administrasi Umum, Fakultas Tarbiyah, Dakwah, Ushuluddin, Syari’ah, dan yang lainnya seperti Perpustakaan, Penjaminan mutu pendidikan, Pelaksana komputer, Pengabdian masyarakat.[2] Kita dapat melihat bahwa susunan yang telah dimuat merupakan susunan yang rapi sehingga setiap bagian saling melengkapi dalam kesempurnaan yaitu tujuan yang sama dalam menunjang hasil pembelajaran di dalam kampus IAIN-SU Medan.
Manajemen dalam arti “melaksanakan” yaitu kita dapat melihat semua struktur organisasi bahwa semua bagian-bagiannya bekerja sama. Apabila dalam sebuah manajemen dalam suatu organisasi ada yang pasif dan tidak melaksanakan apapun, maka tujuan dari sebuah organisasi tersebut tidak akan sempurna bahkan bisa jadi akan rusak atau tidak terlaksana. Sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi untuk aktif pada setiap bidangnya lebih-lebih apabila organisasi tersebut merupakan organisasi besar.
Manajemen juga bisa diartikan “mengatur” karena di dalam sebuah manajemen kita misalkan dalam sebuah organisasi, di dalamnya terdapat struktur-struktur yang memiliki tingkatan tertentu. Tingkatan tersebut harus melaksanakan sesuai dengan posisi dan prioritasnya di dalam sebuah organisasi karena ini juga sangat berpengaruh pada kelancaran dalam mencapai tujuan dari sebuah organisasi tersebut. Semua bidang harus saling memahami dan melaksanakan tugasnya dan tidak mencampuri tugas yang lain kecuali dalam kondisi tertentu misalnya ada suatu hal yang memang layak untuk berpartisipasi. Keegoisan di dalam sebuah organisasi tidak boleh terjadi karena nantinya akan menjadi masalah dalam organisasi tersebut yang menjadikan kerusakan pada pelaksanaan sebuah kegiatan.
Sedangkan pengertian manajemen menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Artinya dalam mencapai tujuan atau sasaran, sumber daya harus digunakan sebaik mungkin baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Hal ini dikarenakan kedua sumber daya tersebut sangat kuat pengaruhnya terhadap keberhasilan dari suatu manajemen.

B.     Manajemen secara Etimologi
Jika kita meninjau manajemen secara etimologi manajemen asal mulanya dari bahasa italia yaitu maneggiare yang artinya mengendalikan. Istilah mengendalikan tersebut lebih berfokus pada “mengendalikan kuda”. Sedangkan Maneggiare juga merupakan bahasa Latin Manus yang memiliki arti “tangan”. Kata tersebut juga mendapat pengaruh dari bahasa Perancis yaitu “manege” yang memiliki arti “kepemilikan kuda”. Akhirnya bahasa Perancis kemudian mengadopsi kata ini dari bahasa inggris menjadi Mѐnagement, yang artinya adalah seni, melaksanakan, dan mengatur.[3]

C.    Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli
Terry (1972) “management is a distinct process consisting of planning, actuating, and controlling, performed to determine and accomplish stated objectives, by using of human being and other resources”. Artinya manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber daya lainnya.[4]
Dari pernyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa menurut Terry, bahwa kelengkapan suatu manajemen adalah dengan adanya perencanaan sebagai langkah awal yang kemudian dengan langkah tersebut di buat sebuah organisasi dalam menjalankannya. Rencana yang kita buat dan anggota yang kita miliki harus di beri arahan tentang tujuan yang hendak dicapai sehingga semuanya memahami  dan dapat menjalankan tugasnya sesuai perencanaan. Kemudian dalam menjalankan sebuah fungsi manajemen, ketua atau yang tertinggi harus memantau sejauh mana hasil yang telah diperoleh, juga memperhatikan kesalahan-kesalahan guna untuk segera mendapatkan solusi dari berbagai media, karena biasanya setiap organisasi memiliki kendala yang membuat aktivitas tidak berjalan seperti yang kita inginkan.
P.I. Oey Liang Lee membatasi manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengontrolan “human and natural resource” untuk mencapai tujuan yang ditentukan terlebih dahulu.[5]
Dari pernyataan tersebut dapat kita paham bahwa manajemen menurut Oey Liang Lee adalah berupa seni ataupun ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, dimana dengan ilmu tersebut kemudian ia memiliki sebuah rencana yang ingin ia wujudkan. Dalam mewujudkan tersebut ia membutuhkan sebuah organisasi yang ia miliki atau dengan membuat sebuah organisasi kemudian di beri pengarahan yang sifatnya untuk mewujudkan apa yang ingin ia capai. Dalam menjalankan aktivitas masing-masing ketua ataupun yang tertinggi sudah seharusnya mengontrol atau membuat anggota yang khusus mengontrol jalannya pelaksanaan perintah yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Robbins (1991) menyebutkan manajemen adalah suatu proses kegiatan untuk mencapai sesuatu secara efisien melalui orang lain. Dan proses kegiatan tersebut terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan pengawasan.[6]
Disini Robbins menjelaskan bahwa manajemen harus memiliki pola yang hampir mirip dengan yang telah disebutkan oleh tokoh yang lainnya. Dan menurutnya kesempurnaan dari sebuah manajemen itu apabila dilaksanakan secara efisien. Pekerjaan efisien merupakan kegiatan yang tidak membuang-buang waktu, melainkan menggunakan dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin sehingga waktu tidak terbuang dengan percuma. Waktu merupakan hal yang sangat berharga dalam sebuah manajemen, karena dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin akan memberikan kita waktu yang lebih lagi untuk mencapai hal yang lain dalam hidup kita.
Dalam istilah manajemen, Robbins membagi-bagi manajemen menjadi tiga kategori yaitu:
a.       Manajer tingkat paling rendah, yaitu manajer yang mengelola atau mengatur hanya fokus pada satu bidang, misalnya penyelia yaitu orang yang ditugaskan untuk mengawasi kelancaran jalannya suatu tujuan manajemen.
b.      Manajer tingkat menegah, yaitu manajer yang lebih besar lagi daripada penyelia. Misalnya kepala bagian, kepala biro, manajer pabrik, manajer devisa, general manajer, dekan dll.
c.       Manajer puncak, yaitu manajer yang tugasnya adalah pengambilan keputusan dan ini merupakan manajer tertinggi. Adapun contoh dari manajer puncak antara lain presiden direktur, presiden komisaris, dan pimpinan tertinggi lainnya.
Blancard (1988): menyatakan “management is process of working with and through individual and group and other resources to accomplish organizational goals”. Adapun yang ia maksud manajemen adalah proses kerja sama dengan dan melalui usaha individu dan kelompok dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.[7]
Dari keterangan Blancard dapat kita pahami bahwa manajemen menurutnya adalah bertitik berat pada kerja sama antara satu orang dengan yang lainnya dimana semuanya ingin mencapai tujuan yang sama. Dapat juga kita pahami dari pernyataan Blanchard yaitu bahwa di dalam kerjasama dalam mengerjakannya dilakukan secara bersamaan tidak ada istilah tidak kerja bagi yang kedudukannya tertinggi, namun instruksi tetap menjadi pedoman bersama dalam mencapai tujuan.



Bartol dan Martin (1996), menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan-tujuan organisasi dengan memanfaatkan empat fungsi utama, yaitu perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan pengawasan.[8]
Nah, di sini menurut dua orang pakar tersebut bahwasanya yang dinamakan manajemen kita harus memiliki tujuan yang ingin kita capai dan di dalam mencapai tujuan kita tersebut, kita harus membuat rencana yang sistematis dan membuat sebuah organisasi. Artinya ini adalah tujuan bersama di dalam sebuah organisasi dan bukan merupakan tujuan individu. Secara tidak langsung Bartol dan Martin tidak menyebutkan adanya manajemen apabila dilakukan sendirian, melainkan harus dilakukan secara bersama oleh anggota-anggota yang telah ditetapkan atau dipilih atau yang tergabung di dalam sebuah organisasi yang telah di adakan.
Bartol dan Martin juga menyatakan akan pentingnya memimpin sebuah kelompok atau organisasi. Karena dengan adanya yang memimpin maka akan memberikan hasil yang optimal kepada kelompok atau organisasi tersebut dibandingkan jika tidak memiliki pemimpin maka hasilnya tentu akan sangat minim.
Bila dikaitkan tentang pemilihan pemimpin, ada hadits yang menyebutkan betapa pentingnya memilih pemimpin bagi suatu kaum, kelompok atau organisasi. Sebagaimana Rasulullah SAW Bersabda:
إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ
Artinya:
“Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Hadis di atas menjelaskan betapa pentingnya dalam mengangkat atau memilih seorang pemimpin apabila sudah ada kelompok tiga orang.




D.    FILSAFAT MANAJEMEN
Filsafat atau falsafah mempunyai banyak pengertian. Menurut Socrates, filsafat adalah suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Tetapi tugas filsafat tidak menjawab pertanyaan yang timbul dalam kehidupan, tetapi mempersoalkan jawaban yang diberikan. Berfilsafat adalah berpikir radikal atau sampai kepada radiks-nya (akarnya), menyeluruh dan mendasar.
Filsafat bersifat menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Dengan kata lain cakupan filsafat hanyalah mengenai hal-hal yang bersifat umum. Hal-hal yang bersifat khusus menjadi kajian ilmu. Jadi cakupan ilmu memang lebih sempit dari pada cakupan filsafat. Meskipun cakupan ilmu lebih sempit, kajian ilmu adalah lebih mendalam dan lebih tuntas.
Telaah ilmu dari segi filosofis adalah telaah yang berusaha menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Telaah tersebut dinamakan filsafat ilmu. Pertanyaan yang diusahakan untuk dijawab oleh filsafat ilmu adalah yang berkenaan dengan:
a)      Obyek telaah suatu ilmu.
b)      Wujud hakiki obyek tersebut.
c)      Hubungan antara obyek dan manusia yang membuahi ilmu dan pengetahuan.
d)     Cara memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang benar.
e)      Penggunaan ilmu dan pengetahuan.
Manajemen mengandung tiga pengertian yaitu: pertama, manajemen sebagai proses, kedua manajemen sebagai kolektivitas, ketiga manajemen sebagai suatu seni (art) dan suatu ilmu. Pengertian ketiga istilah tersebut di atas diuraikan sebagai berikut:
1.      Manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu dengan melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan utama bersama. Selanjutnya menurut GR. Terry mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga pokok penting dalam defisi tersebut yaitu, pertama adanya tujuan yang ingin dicapai, kedua tujuan yang dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang lain, dan ketiga kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi.
2.      Manajemen sebagai kolektivitas, orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi setiap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen. Dalam arti tunggal disebut manajer. Manajer adalah pejabat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar tujuan unit pimpinannya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.
3.      Manajemen sebagai suatu seni dan ilmu, manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, kejadian-kejadian, dan kedaan-keadaan.
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang bagaimana manajemen dari sudut ontologi, epistemologi dan aksiologi filsafat.
1.      Ontologi
Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Istilah metafisika itu pertama kali dipakai oleh Andronicus dari Rhodesia pada zaman 70 tahun sebelum Masehi. Artinya adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat supra-fisis atau kerangka penjelasan yang menerobos melampaui pemikiran biasa yang memang sangat terbatas atau kurang memadai. Makna lain istilah metafisika adalah ilmu yang menyelidiki hakikat apa yang ada dibalik alam nyata. Jadi, metafisika berati ilmu hakikat. Ontologi pun berarti ilmu hakikat.
Yang dipermasalahkan oleh ontologi dalam ilmu Manajemen adalah siapa yang membutuhkan manajemen? Pertanyaan ini sering dijawab perusahaan (bisnis), tentu saja benar sebagian tetapi tidak lengkap karena manajemen juga dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan dalam semua tipe organisasi. Dalam praktik manajemen dibutuhkan dimana saja orang-orang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Di lain pihak setiap manusia dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari beberapa macam organisasi, seperti organisasi sekolah, perkumpulan olah raga, kelompok musik, militer atau pun organisasi perusahaan. Organisasi-organisasi ini mempunyai persamaan dasar walaupun dapat berbeda satu dengan yang lain dalam beberapa hal, seperti contoh organisasi perusahaan atau departemen pemerintah dikelola secara lebih formal dibanding kelompok musik atau rukun tetangga. Persamaan ini tercermin pada fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan.
2.      Epistemologi
Istilah epistemologi ini pertama kali digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 dalam bukunya yang berjudul Institute of Metaphysics. Menurut sarjana tersebut ada dua cabang dalam filsafat, ialah: epistemologi dan ontologi. Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Jadi, dengan istilah itu, yang dimaksud epistemologi adalah penyelidikan asal mula pengetahuan atau strukturnya, metodenya, dan validitasnya.
Ruang lingkup epistemologi pada Manajemen dapat dilihat dalam kaitannya dengan sejumlah disiplin ilmu yang bisa” kerja sama” seperti: pendidikan, ekonomi, politik, dan lain-lain. Namun ruang lingkup itu mengalami perkembangan, sehingga pada setiap era terdapat lingkup yang khusus dalam epistemologi itu. Ruang lingkup yang khusus bisa terjadi pada disiplin ilmu manajemen itu sendiri sehingga melahirkan spesialisasi pengkajiannya. Di antara spesialisasi itu adalah:
a.       Manajemen pendidikan
b.      Manajemen sumberdaya manusia
c.       Manajemen keuangan
d.      Manajemen personalia
e.       Manajemen produksi, dan lain sebagainya
Semula epistemologi ini mempermasalahkan kemungkinan yang mendasar mengenai pengetahuan (very possibility of knowledge). Apakah pengetahuan yang paling murni dapat dicapai.
Permasalahan epistemologi di ilmu manajemen berkisar pada ihwal proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu: bagaimana prosedurnya, apa yang harus diperhatikan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, apakah yang disebut kebenaran dan apa saja kriterianya, serta sarana apa yang membantu orang mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.
Jawaban-jawaban yang dibutuhkan untuk memenuhi pertanyaan tersebut di manajemen sudah sedemikian rupa diberlakukan bagi para ilmuwan itu sendiri. Prosedur dengan pendekatan metode ilmiah adalah prosedur baku untuk menelaah manajemen.
Cara pencarian kebenaran yang dipandang ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adalah hasrat ingin tahu pada manusia dalam taraf keilmuannya. Penyaluran sampai taraf setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Penelitian adalah suatu proses yang terjadi dari suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk mendapatkan jawaban sejumlah pertanyaan.
Pada setiap penelitian ilmiah melekat ciri-ciri umum, yaitu: pelaksanaannya yang metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang logika dan koheren. Artinya dituntut adanya sistem dalam metode maupun dalam hasilnya. Jadi susunannya logis. Ciri lainnya adalah universalitas. Bertalian dengan universalitas ini adalah objektivitas. Setiap penelitian ilmiah harus objektif artinya terpimpin oleh objek dan tidak mengalami distorsi karena adanya berbagai prasangka subyektif. Agar penelitian ilmiah dijamin objektivitasya, tuntutan intersubjektivias perlu dipenuhi.
3.      Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti `memiliki harga ’mempunyai nilai’, dan logos yang bermakna `teori` atau `penalaran Sebagai suatu istilah, aksiologi mempunyai arti sebagai teori tentang nilai yang diinginkan atau teori tentang nilai yang baik dan dipilih. Teori ini berkembang sejak jaman Plato dalam hubungannya dengan pembahasan mengenai bentuk atau ide (ide tentang kebaikan).
Permasalahan aksiologi ilmu manajemen (1) sifat nilai, (2) tipe nilai, (3) kriteria nilai, dan (4) status metafisika nilai. Masing-masing dicoba untuk dijelaskan dengan ringkas sebagai berikut.
Sifat nilai atau paras nilai didukung oleh pengertian tentang pemenuhan hasrat, kesenangan, kepuasan, minat, kemauan rasional yang murni, serta persepsi mental yang erat sebagai pertalian antara sesuatu sebagai sarana untuk menuju ke titik akhir atau menuju kepada tercapainya hasil yang sebenarnya. Di dalam mengkaji Manajemen berkecimpung tentunya dilandasi dengan hasrat untuk mendapatkan kepuasan.
Perihal tipe nilai didapat informasi bahwa ada nilai intrinsik dan ada nilai instrumental. Nilai intrinsik ialah nilai konsumatoris atau yang melekat pada diri sesuatu sebagai bobot martabat diri (prized for their own sake). Yang tergolong ke dalam nilai intrinsik adalah kebaikan dari segi moral, kecantikan, keindahan, dan kemurnian. Nilai instrumental adalah nilai penunjang yang menyebabkan sesuatu memiliki nilai intrinsik.
Penerapan tipe nilai bagi manajemen diarahkan manajemen sebagai profesi. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk mengklasifikasikan manajemen sebagai profesi, kriteria-kriteria untuk menentukan sesuatu sebagai profesi yang dapat diperinci sebagai berikut:
1.      Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum. Adanya pendidikan kursus-kursus program-program latihan formal menunjukan bahwa ada prinsip-prinsip manajemen tertentu yang dapat diandalkan
2.      Para profesional mendapatkan status mereka karena mencapai standar prestasi kerja tertentu, bukan karena favoritisme atau karena suku bangsa atau agamanya
3.      Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat, dengan disiplin untuk mereka yang menjadi klienya.
Manajemen telah berkembang menjadi bidang yang semakin profesional melalui perkembangan yang mencolok program-program latihan manajemen di Universitas-universitas ataupun lembaga-lembaga manajemen swasta dan melalui pengembangan para eksekutif organisasi atau perusahaan.




[1] Dita Amanah, Pengantar Manajemen, hlm. 2
[2] Buku Panduan Akademik IAIN-SU 2011/2013, hlm.29
[3]Op cit. Dita Amanah, hlm. 3
[4] Mesiono, Manajemen dan Organisasi, hlm. 2
[5] Fifi Hasmawati, Manajemen Personalia, hlm. 4
[6] Op cit, Dita Amanah, hlm. 3
[7] Op cit, Mesiono, h. 2
[8] Op cit, Dita Amanah, h. 2

No comments: