Konsep Dasar Manajemen
A.
Pengertian Manajemen
Pada definisi manajemen kita akan membahas
berbagai definisi menurut beberapa sumber kuat. Dalam pengambilan ini penulis
akan mencoba menerangkan definisi melalui para tokoh dan referensi berupa
istilah kata. Jika kita tinjau dari segi sumber bahasa, kata manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno yaitu “Mѐnagement”
yang artinya seni, melaksanakan dan mengatur.[1]
Manajemen sebagai seni, berati dalam
manajemen terdapat seni atau keindahan di dalamnya. Kita misalkan dalam
manajemen kampus IAIN-SU Medan akan kita dapatkan struktur-struktur yang
tersusun rapi mulai dari Rektor dan Pembantu Rektor, Biro Administrasi Umum,
Fakultas Tarbiyah, Dakwah, Ushuluddin, Syari’ah, dan yang lainnya seperti Perpustakaan, Penjaminan mutu
pendidikan, Pelaksana komputer, Pengabdian masyarakat.[2]
Kita dapat melihat bahwa susunan yang telah dimuat merupakan susunan yang rapi
sehingga setiap bagian saling melengkapi dalam kesempurnaan yaitu tujuan yang
sama dalam menunjang hasil pembelajaran di dalam kampus IAIN-SU Medan.
Manajemen dalam arti “melaksanakan” yaitu
kita dapat melihat semua struktur organisasi bahwa semua bagian-bagiannya
bekerja sama. Apabila dalam sebuah manajemen dalam suatu organisasi ada yang
pasif dan tidak melaksanakan apapun, maka tujuan dari sebuah organisasi
tersebut tidak akan sempurna bahkan bisa jadi akan rusak atau tidak terlaksana.
Sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi untuk aktif pada setiap bidangnya
lebih-lebih apabila organisasi tersebut merupakan organisasi besar.
Manajemen juga bisa diartikan “mengatur”
karena di dalam sebuah manajemen kita misalkan dalam sebuah organisasi, di
dalamnya terdapat struktur-struktur yang memiliki tingkatan tertentu. Tingkatan
tersebut harus melaksanakan sesuai dengan posisi dan prioritasnya di dalam
sebuah organisasi karena ini juga sangat berpengaruh pada kelancaran dalam
mencapai tujuan dari sebuah organisasi tersebut. Semua bidang harus saling
memahami dan melaksanakan tugasnya dan tidak mencampuri tugas yang lain kecuali
dalam kondisi tertentu misalnya ada suatu hal yang memang layak untuk
berpartisipasi. Keegoisan di dalam sebuah organisasi tidak boleh terjadi karena
nantinya akan menjadi masalah dalam organisasi tersebut yang menjadikan
kerusakan pada pelaksanaan sebuah kegiatan.
Sedangkan pengertian manajemen menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) manajemen adalah penggunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran. Artinya dalam mencapai tujuan atau sasaran, sumber
daya harus digunakan sebaik mungkin baik itu sumber daya manusia maupun sumber
daya alam. Hal ini dikarenakan kedua sumber daya tersebut sangat kuat
pengaruhnya terhadap keberhasilan dari suatu manajemen.
B.
Manajemen secara Etimologi
Jika kita meninjau manajemen secara
etimologi manajemen asal mulanya dari bahasa italia yaitu maneggiare yang artinya mengendalikan. Istilah mengendalikan
tersebut lebih berfokus pada “mengendalikan kuda”. Sedangkan Maneggiare juga merupakan bahasa Latin
Manus yang memiliki arti “tangan”. Kata tersebut juga mendapat pengaruh dari
bahasa Perancis yaitu “manege” yang
memiliki arti “kepemilikan kuda”. Akhirnya bahasa Perancis kemudian mengadopsi
kata ini dari bahasa inggris menjadi Mѐnagement, yang artinya adalah seni,
melaksanakan, dan mengatur.[3]
C.
Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli
Terry (1972) “management is a
distinct process consisting of planning, actuating, and controlling, performed
to determine and accomplish stated objectives, by using of human being and
other resources”. Artinya manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia dan sumber daya lainnya.[4]
Dari pernyataan di atas dapat kita
simpulkan bahwa menurut Terry, bahwa kelengkapan suatu manajemen adalah dengan
adanya perencanaan sebagai langkah awal yang kemudian dengan langkah tersebut
di buat sebuah organisasi dalam menjalankannya. Rencana yang kita buat dan
anggota yang kita miliki harus di beri arahan tentang tujuan yang hendak
dicapai sehingga semuanya memahami dan
dapat menjalankan tugasnya sesuai perencanaan. Kemudian dalam menjalankan
sebuah fungsi manajemen, ketua atau yang tertinggi harus memantau sejauh mana
hasil yang telah diperoleh, juga memperhatikan kesalahan-kesalahan guna untuk
segera mendapatkan solusi dari berbagai media, karena biasanya setiap
organisasi memiliki kendala yang membuat aktivitas tidak berjalan seperti yang
kita inginkan.
P.I.
Oey Liang Lee membatasi manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengontrolan “human and
natural resource” untuk mencapai tujuan yang ditentukan terlebih dahulu.[5]
Dari pernyataan tersebut dapat kita paham
bahwa manajemen menurut Oey Liang Lee adalah berupa seni ataupun ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, dimana dengan ilmu tersebut kemudian
ia memiliki sebuah rencana yang ingin ia wujudkan. Dalam mewujudkan tersebut ia
membutuhkan sebuah organisasi yang ia miliki atau dengan membuat sebuah
organisasi kemudian di beri pengarahan yang sifatnya untuk mewujudkan apa yang
ingin ia capai. Dalam menjalankan aktivitas masing-masing ketua ataupun yang
tertinggi sudah seharusnya mengontrol atau membuat anggota yang khusus
mengontrol jalannya pelaksanaan perintah yang diberikan kepada masing-masing
anggota.
Robbins
(1991) menyebutkan manajemen adalah suatu proses
kegiatan untuk mencapai sesuatu secara efisien melalui orang lain. Dan proses
kegiatan tersebut terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,
dan pengawasan.[6]
Disini Robbins menjelaskan bahwa manajemen
harus memiliki pola yang hampir mirip dengan yang telah disebutkan oleh tokoh
yang lainnya. Dan menurutnya kesempurnaan dari sebuah manajemen itu apabila
dilaksanakan secara efisien. Pekerjaan efisien merupakan kegiatan yang tidak
membuang-buang waktu, melainkan menggunakan dan memanfaatkan waktu sebaik
mungkin sehingga waktu tidak terbuang dengan percuma. Waktu merupakan hal yang
sangat berharga dalam sebuah manajemen, karena dengan memanfaatkan waktu sebaik
mungkin akan memberikan kita waktu yang lebih lagi untuk mencapai hal yang lain
dalam hidup kita.
Dalam istilah manajemen, Robbins membagi-bagi
manajemen menjadi tiga kategori yaitu:
a.
Manajer
tingkat paling rendah, yaitu manajer yang mengelola atau mengatur hanya fokus
pada satu bidang, misalnya penyelia yaitu orang yang ditugaskan untuk mengawasi
kelancaran jalannya suatu tujuan manajemen.
b.
Manajer
tingkat menegah, yaitu manajer yang lebih besar lagi daripada penyelia. Misalnya
kepala bagian, kepala biro, manajer pabrik, manajer devisa, general manajer,
dekan dll.
c.
Manajer
puncak, yaitu manajer yang tugasnya adalah pengambilan keputusan dan ini
merupakan manajer tertinggi. Adapun contoh dari manajer puncak antara lain
presiden direktur, presiden komisaris, dan pimpinan tertinggi lainnya.
Blancard
(1988): menyatakan “management is process of working with and through individual and group
and other resources to accomplish organizational goals”. Adapun yang ia
maksud manajemen adalah proses kerja sama dengan dan melalui usaha individu dan
kelompok dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi.[7]
Dari keterangan Blancard dapat kita pahami
bahwa manajemen menurutnya adalah bertitik berat pada kerja sama antara satu
orang dengan yang lainnya dimana semuanya ingin mencapai tujuan yang sama.
Dapat juga kita pahami dari pernyataan Blanchard yaitu bahwa di dalam kerjasama
dalam mengerjakannya dilakukan secara bersamaan tidak ada istilah tidak kerja
bagi yang kedudukannya tertinggi, namun instruksi tetap menjadi pedoman bersama
dalam mencapai tujuan.
Bartol
dan Martin (1996), menyatakan bahwa manajemen
adalah suatu proses pencapaian tujuan-tujuan organisasi dengan memanfaatkan
empat fungsi utama, yaitu perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
pengawasan.[8]
Nah, di sini menurut dua orang pakar
tersebut bahwasanya yang dinamakan manajemen kita harus memiliki tujuan yang
ingin kita capai dan di dalam mencapai tujuan kita tersebut, kita harus membuat
rencana yang sistematis dan membuat sebuah organisasi. Artinya ini adalah
tujuan bersama di dalam sebuah organisasi dan bukan merupakan tujuan individu.
Secara tidak langsung Bartol dan Martin tidak menyebutkan adanya manajemen
apabila dilakukan sendirian, melainkan harus dilakukan secara bersama oleh
anggota-anggota yang telah ditetapkan atau dipilih atau yang tergabung di dalam
sebuah organisasi yang telah di adakan.
Bartol dan Martin juga menyatakan akan
pentingnya memimpin sebuah kelompok atau organisasi. Karena dengan adanya yang
memimpin maka akan memberikan hasil yang optimal kepada kelompok atau
organisasi tersebut dibandingkan jika tidak memiliki pemimpin maka hasilnya
tentu akan sangat minim.
Bila dikaitkan tentang pemilihan pemimpin,
ada hadits yang menyebutkan betapa pentingnya memilih pemimpin bagi suatu kaum,
kelompok atau organisasi. Sebagaimana Rasulullah SAW Bersabda:
إِذَا كَانَ
ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ
Artinya:
“Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah
seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya” (HR
Abu Dawud dari Abu Hurairah).
Hadis di atas menjelaskan betapa pentingnya
dalam mengangkat atau memilih seorang pemimpin apabila sudah ada kelompok tiga
orang.
D.
FILSAFAT
MANAJEMEN
Filsafat atau falsafah mempunyai banyak
pengertian. Menurut Socrates, filsafat adalah suatu cara berpikir yang radikal
dan menyeluruh atau cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Tetapi tugas filsafat tidak menjawab pertanyaan yang timbul dalam kehidupan,
tetapi mempersoalkan jawaban yang diberikan. Berfilsafat adalah berpikir
radikal atau sampai kepada radiks-nya (akarnya), menyeluruh dan mendasar.
Filsafat bersifat menyeluruh, mendasar, dan
spekulatif. Dengan kata lain cakupan filsafat hanyalah mengenai hal-hal yang
bersifat umum. Hal-hal yang bersifat khusus menjadi kajian ilmu. Jadi cakupan
ilmu memang lebih sempit dari pada cakupan filsafat. Meskipun cakupan ilmu
lebih sempit, kajian ilmu adalah lebih mendalam dan lebih tuntas.
Telaah ilmu dari segi filosofis adalah
telaah yang berusaha menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Telaah tersebut
dinamakan filsafat ilmu. Pertanyaan yang diusahakan untuk dijawab oleh filsafat
ilmu adalah yang berkenaan dengan:
a)
Obyek
telaah suatu ilmu.
b)
Wujud
hakiki obyek tersebut.
c)
Hubungan
antara obyek dan manusia yang membuahi ilmu dan pengetahuan.
d)
Cara
memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang benar.
e)
Penggunaan
ilmu dan pengetahuan.
Manajemen mengandung tiga pengertian yaitu:
pertama, manajemen sebagai proses, kedua manajemen sebagai kolektivitas, ketiga
manajemen sebagai suatu seni (art) dan suatu ilmu. Pengertian ketiga istilah
tersebut di atas diuraikan sebagai berikut:
1.
Manajemen
sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli.
Menurut Haiman, manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu dengan melalui
kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan
utama bersama. Selanjutnya menurut GR. Terry mengatakan bahwa manajemen adalah
pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan
orang lain. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga pokok
penting dalam defisi tersebut yaitu, pertama adanya tujuan yang ingin dicapai,
kedua tujuan yang dicapai dengan mempergunakan kegiatan orang lain, dan ketiga
kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi.
2.
Manajemen
sebagai kolektivitas, orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi
setiap orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu
disebut manajemen. Dalam arti tunggal disebut manajer. Manajer adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-aktivitas manajemen agar
tujuan unit pimpinannya tercapai dengan menggunakan bantuan orang lain.
3.
Manajemen
sebagai suatu seni dan ilmu, manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai
tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai
ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, kejadian-kejadian, dan
kedaan-keadaan.
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan
tentang bagaimana manajemen dari sudut ontologi, epistemologi dan aksiologi
filsafat.
1.
Ontologi
Ontologi kadang-kadang disamakan dengan
metafisika. Istilah metafisika itu pertama kali dipakai oleh Andronicus dari
Rhodesia pada zaman 70 tahun sebelum Masehi. Artinya adalah segala sesuatu yang
berkenaan dengan hal-hal yang bersifat supra-fisis atau kerangka penjelasan
yang menerobos melampaui pemikiran biasa yang memang sangat terbatas atau
kurang memadai. Makna lain istilah metafisika adalah ilmu yang menyelidiki
hakikat apa yang ada dibalik alam nyata. Jadi, metafisika berati ilmu hakikat.
Ontologi pun berarti ilmu hakikat.
Yang dipermasalahkan oleh ontologi dalam
ilmu Manajemen adalah siapa yang membutuhkan manajemen? Pertanyaan ini sering
dijawab perusahaan (bisnis), tentu saja benar sebagian tetapi tidak lengkap
karena manajemen juga dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang diorganisasi
dan dalam semua tipe organisasi. Dalam praktik manajemen dibutuhkan dimana saja
orang-orang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Di lain pihak setiap manusia dalam
perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari beberapa macam organisasi,
seperti organisasi sekolah, perkumpulan olah raga, kelompok musik, militer atau
pun organisasi perusahaan. Organisasi-organisasi ini mempunyai persamaan dasar
walaupun dapat berbeda satu dengan yang lain dalam beberapa hal, seperti contoh
organisasi perusahaan atau departemen pemerintah dikelola secara lebih formal
dibanding kelompok musik atau rukun tetangga. Persamaan ini tercermin pada
fungsi-fungsi manajerial yang dijalankan.
2.
Epistemologi
Istilah epistemologi ini pertama kali
digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 dalam bukunya yang berjudul
Institute of Metaphysics. Menurut sarjana tersebut ada dua cabang dalam
filsafat, ialah: epistemologi dan ontologi. Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori. Jadi,
dengan istilah itu, yang dimaksud epistemologi adalah penyelidikan asal mula
pengetahuan atau strukturnya, metodenya, dan validitasnya.
Ruang lingkup epistemologi pada Manajemen
dapat dilihat dalam kaitannya dengan sejumlah disiplin ilmu yang bisa” kerja
sama” seperti: pendidikan, ekonomi, politik, dan lain-lain. Namun ruang lingkup
itu mengalami perkembangan, sehingga pada setiap era terdapat lingkup yang
khusus dalam epistemologi itu. Ruang lingkup yang khusus bisa terjadi pada
disiplin ilmu manajemen itu sendiri sehingga melahirkan spesialisasi
pengkajiannya. Di antara spesialisasi itu adalah:
a.
Manajemen
pendidikan
b.
Manajemen
sumberdaya manusia
c.
Manajemen
keuangan
d.
Manajemen
personalia
e.
Manajemen produksi,
dan lain sebagainya
Semula epistemologi ini mempermasalahkan
kemungkinan yang mendasar mengenai pengetahuan (very possibility of knowledge).
Apakah pengetahuan yang paling murni dapat dicapai.
Permasalahan epistemologi di ilmu manajemen
berkisar pada ihwal proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
ilmu: bagaimana prosedurnya, apa yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar, apakah yang disebut kebenaran dan apa saja kriterianya,
serta sarana apa yang membantu orang mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu.
Jawaban-jawaban yang dibutuhkan untuk
memenuhi pertanyaan tersebut di manajemen sudah sedemikian rupa diberlakukan
bagi para ilmuwan itu sendiri. Prosedur dengan pendekatan metode ilmiah adalah
prosedur baku untuk menelaah manajemen.
Cara pencarian kebenaran yang dipandang
ilmiah ialah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adalah hasrat ingin
tahu pada manusia dalam taraf keilmuannya. Penyaluran sampai taraf setinggi ini
disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat, dan bahwa setiap
gejala yang tampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Penelitian adalah
suatu proses yang terjadi dari suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara
terencana dan sistematis untuk mendapatkan jawaban sejumlah pertanyaan.
Pada setiap penelitian ilmiah melekat
ciri-ciri umum, yaitu: pelaksanaannya yang metodis harus mencapai suatu
keseluruhan yang logika dan koheren. Artinya dituntut adanya sistem dalam
metode maupun dalam hasilnya. Jadi susunannya logis. Ciri lainnya adalah
universalitas. Bertalian dengan universalitas ini adalah objektivitas. Setiap
penelitian ilmiah harus objektif artinya terpimpin oleh objek dan tidak
mengalami distorsi karena adanya berbagai prasangka subyektif. Agar penelitian
ilmiah dijamin objektivitasya, tuntutan intersubjektivias perlu dipenuhi.
3.
Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios
yang berarti `memiliki harga ’mempunyai nilai’, dan logos yang bermakna `teori`
atau `penalaran Sebagai suatu istilah, aksiologi mempunyai arti sebagai teori
tentang nilai yang diinginkan atau teori tentang nilai yang baik dan dipilih.
Teori ini berkembang sejak jaman Plato dalam hubungannya dengan pembahasan
mengenai bentuk atau ide (ide tentang kebaikan).
Permasalahan aksiologi ilmu manajemen (1)
sifat nilai, (2) tipe nilai, (3) kriteria nilai, dan (4) status metafisika
nilai. Masing-masing dicoba untuk dijelaskan dengan ringkas sebagai berikut.
Sifat nilai atau paras nilai didukung oleh
pengertian tentang pemenuhan hasrat, kesenangan, kepuasan, minat, kemauan
rasional yang murni, serta persepsi mental yang erat sebagai pertalian antara
sesuatu sebagai sarana untuk menuju ke titik akhir atau menuju kepada
tercapainya hasil yang sebenarnya. Di dalam mengkaji Manajemen berkecimpung
tentunya dilandasi dengan hasrat untuk mendapatkan kepuasan.
Perihal tipe nilai didapat informasi bahwa
ada nilai intrinsik dan ada nilai instrumental. Nilai intrinsik ialah nilai
konsumatoris atau yang melekat pada diri sesuatu sebagai bobot martabat diri
(prized for their own sake). Yang tergolong ke dalam nilai intrinsik adalah
kebaikan dari segi moral, kecantikan, keindahan, dan kemurnian. Nilai
instrumental adalah nilai penunjang yang menyebabkan sesuatu memiliki nilai intrinsik.
Penerapan tipe nilai bagi manajemen
diarahkan manajemen sebagai profesi. Banyak usaha yang telah dilakukan untuk
mengklasifikasikan manajemen sebagai profesi, kriteria-kriteria untuk
menentukan sesuatu sebagai profesi yang dapat diperinci sebagai berikut:
1.
Para
profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum. Adanya
pendidikan kursus-kursus program-program latihan formal menunjukan bahwa ada prinsip-prinsip
manajemen tertentu yang dapat diandalkan
2.
Para
profesional mendapatkan status mereka karena mencapai standar prestasi kerja
tertentu, bukan karena favoritisme atau karena suku bangsa atau agamanya
3.
Para
profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat, dengan disiplin
untuk mereka yang menjadi klienya.
Manajemen telah berkembang menjadi bidang
yang semakin profesional melalui perkembangan yang mencolok program-program
latihan manajemen di Universitas-universitas ataupun lembaga-lembaga manajemen
swasta dan melalui pengembangan para eksekutif organisasi atau perusahaan.
No comments:
Post a Comment